RENUNGAN PAGI
Rabu, 02 Juli 2025
PENGHIBUR YANG TURUT MERASAKAN
"Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" -- Roma 12: 15.
SAYA MENEMUKAN DIA agak terpisah dari orang-orang lainnya yang mengikuti piknik. Kepalanya membungkuk di atas tangannya yang berlesung pipit, ditutupi oleh setidaknya belasan kupu-kupu yang menempel di jarinya. Dengan penuh semangat kami bergabung kembali dengan yang lain, agar dia bisa menunjukkan keajaiban ini kepada ibunya! Beberapa bulan kemudian tangan kecil yang sama tidak lagi ada lesung pipit, melainkan penuh bekas tusukan jarum oleh pencarian pembuluh darah. Rambutnya yang lebat menjadi tipis dan seperti jerami, dan dalam waktu singkat dia telah tiada-korban leukemia.
Meg, ibunya, dan sahabat saya, sangat terpukul. Apa yang bisa dikatakan atau dilakukan untuknya yang dapat meredakan kesedihannya? Bunga-bunga? Pesan yang ditulis pada kartu? Tampaknya tidak ada yang cukup. Kami semua berusaha membuatnya sibuk, supaya dia tidak akan menangis.
Meg tiba-tiba mampir ke rumah saya pada suatu sore sementara ibu saya sedang mengunjungi saya. Saya mendadak harus mengurus sesuatu dan meninggalkan keduanya bersama sampai saya kembali lagi. Sekembalinya saya, agak lebih lama dari yang saya harapkan, saya menemukan teman saya dalam pelukan ibu, keduanya berlinang air mata. Mereka tidak membutuhkan saya. Meg mengambil tasnya, tersenyum di sela-sela air matanya, dan berkata, "Saya harus pergi." Dia meninggalkan ruangan dengan langkah yang lebih ringan dibandingkan saat dia datang.
Beberapa tahun kemudian Meg bertanya kepada saya, "Apakah kamu ingat ketika saya bersama ibumu sore itu setelah kematian Randy? Itu adalah pertama kalinya seseorang membiarkan saya berbicara tentang dia-tentang betapa berharga dan istimewariya dia, tentang penyakitnya, kematiannya, kepasrahan, dan melepaskan dia pergi. Dia membiarkan saya meluapkan semua kesedihan dan patah hati saya. Ibumu cukup peduli pada saya sehingga mau mendengarkan! Saya tidak akan pernah melupakannya!"
Mengapa saya tidak begitu peka terhadap kebutuhannya? Mungkin saya terlalu takut akan penderitaan pribadi untuk membiarkan diri saya menjadi rentan terhadap kesengsaraannya.
Pekerjaan menghibur yang dilakukan ibu saya hari itu serupa dengan Roh Kudus-yang sering disebut sebagai Penghibur. Roh Tuhan tidak sibuk melakukan hal-hal yang menghibur kepada kita atau memberi informasi yang menghibur. Dia ada di sana-dan kesembuhan terjadi saat kita berbagi apa yang ada di hati kita, sebagaimana Meg bercerita kepada ibu saya. Pada saat itu, ibu saya berada dalam posisi seperti Roh Tuhan. Saya juga ingin menjadi seperti itu.
Terima kasih, Roh Kudus, karena telah ada untuk saya. Bantu saya untuk berada di sana untuk orang lain.
Renungan Pagi 2025
BUGAR SELAMANYA
Oleh : KUZMA
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Terima Kasih sudah berkunjung ke situs Resmi GMAHK SOE